Menu Tutup

Setianya Isaq Jual Majalah Lawas di Palasari Bandung

Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat, keberadaan toko-toko yang menjual barang-barang lawas semakin sulit ditemukan. Namun, di sudut Pasar Buku Palasari Bandung. Seorang pria bernama Isaq tetap setia menjual majalah-majalah lawas yang telah menjadi bagian dari hidupnya selama puluhan tahun.

Isaq

Dedikasi pada Majalah Lawas

Isaq, pria paruh baya yang ramah dan selalu tersenyum kepada pelanggannya, telah menjual majalah lawas sejak awal 1990-an. Ia mengaku jatuh cinta pada dunia majalah ketika masih muda. “Saya mulai mengumpulkan majalah dari berbagai edisi sejak remaja. Awalnya, hanya untuk koleksi pribadi, tapi akhirnya saya berpikir untuk menjualnya agar orang lain juga bisa menikmati,” ujar Isaq dengan antusias.

Bagi Isaq, majalah-majalah lawas bukan sekadar barang dagangan, melainkan jendela sejarah yang menawarkan cerita-cerita menarik dari masa lalu. Di kios kecilnya, berbagai majalah terkenal dari era 70-an hingga 90-an tersusun rapi. Mulai dari majalah musik, gaya hidup, olahraga, hingga majalah anak-anak, semuanya tersedia di tempat ini.

Menjaga Nostalgia

Isaq percaya bahwa majalah lawas memiliki nilai sentimental yang tidak dapat digantikan oleh media digital. Banyak pelanggan yang datang ke kiosnya untuk mencari edisi tertentu yang membawa kenangan masa kecil atau masa muda mereka. “Sering ada pelanggan yang datang hanya untuk mencari majalah yang pernah mereka baca waktu kecil. Mereka senang sekali ketika menemukannya,” tambahnya.

Tidak hanya itu, Isaq juga sering mendapat kunjungan dari kolektor dan peneliti yang mencari referensi dari masa lalu. “Banyak mahasiswa yang datang ke sini untuk mencari bahan penelitian. Mereka bilang, informasi dari majalah-majalah lama ini sulit ditemukan di internet,” jelasnya.

Tantangan Era Digital

Meski setia dengan usahanya, Isaq tidak memungkiri bahwa menjual majalah lawas di era digital adalah tantangan besar. Dengan semakin mudahnya akses informasi melalui internet, minat masyarakat terhadap media cetak, termasuk majalah lawas, mulai menurun. Namun, ia tetap optimis bahwa pasarnya masih ada, terutama di kalangan pecinta barang antik dan kolektor.

“Saya tahu zaman sudah berubah, tapi saya percaya majalah-majalah ini masih punya nilai. Bukan hanya sebagai bacaan, tapi juga sebagai barang koleksi yang punya cerita,” kata Isaq penuh keyakinan.

Menciptakan Komunitas Pecinta Majalah Lawas

Untuk menjaga usahanya tetap berjalan, Isaq aktif membangun komunitas kecil pecinta majalah lawas di Bandung. Ia sering mengadakan acara tukar-menukar majalah dan diskusi santai dengan para pelanggan setianya. Kegiatan ini tidak hanya membantu meningkatkan penjualan, tetapi juga memperkuat hubungan sosial di antara para penggemar media cetak.

Harapan untuk Masa Depan

Isaq berharap bahwa usahanya ini bisa terus bertahan dan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menghargai nilai sejarah. “Saya ingin generasi sekarang tahu bahwa membaca majalah itu menyenangkan. Tidak semuanya bisa digantikan oleh gadget,” tuturnya.

Di tengah modernisasi, Isaq adalah sosok yang menunjukkan bahwa mempertahankan warisan masa lalu adalah bentuk penghormatan terhadap sejarah. Kios kecilnya di Palasari Bandung bukan hanya tempat berjualan, tetapi juga ruang nostalgia bagi siapa saja yang merindukan masa lalu.

81 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *